MANUSIA BERKUALITAS
1. Menurut : Yosua L. Hadiputra
Ukuran kualitas
manusia sesungguhnya tergantung pada komposisi manusia yang terdiri dari :
SIKAP (tindakan), MENTAL (pola pikir), EMOSI (perasaan), dan ROHANI
(keyakinan).
Sikap atau
tindakan yang meliputi perbuatan dan perkataan adalah hal pertama yang dipakai
untuk mengukur kualitas manusia. Seringkali kita menilai seseorang berdasarkan
perbuatan yang dilakukannya. Jika ia berbuat baik, kita menilai dia baik, jika
ia berbuat jahat, kita menilai dia jahat.
Sikap manusia
bukan hanya menentukan kualitas manusia, melainkan juga mempengaruhi nasib
manusia itu sendiri, bahkan juga nasib orang lain yang ada di sekelilingnya.
Misalnya, jika kita membunuh, bukan hanya nasib kita, melainkan nasib keluarga
kita juga akan jelek. Nasib keluarga orang yang kita bunuh juga akan jadi jelek
dan menderita akibat tindakan kita.
Mungkin kita
tidak pernah membunuh dalam arti sebenarnya, tetapi kita sering kali tanpa
sadar “MEMBUNUH” dengan tindakan atau perkataan kita setiap hari. Dengan
merusak dan menghancurkan tatanan kehidupan yang telah berjalan dengan baik,
kita telah merugikan diri sendiri dan orang lain.
Jadi, jika hari
ini nasib hidup kita terasa jelek, cobalah untuk menginstropeksi diri sikap
hidup kita selama ini. Mungkin kita banyak melakukan tindakan yang merugikan
orang lain dengan sikap sombong, malas, ragu-ragu, keras kepala, egois, putus
asa, mudah menyerah, tersinggung, suka mengkritik, kurang menghargai orang
lain, dan sebagainya. Jika ingin mengubah nasib hidup, kita harus bisa mengubah
semua sikap negatif kita selama ini.
Ingatlah, sikap
adalah “sebab” dan nasib adalah “akibat”. Jika kita bersikap positif tentu
menimbulkan akibat positif, sebaliknya jika kita bersikap negatif akibatnya
negatif.
Manusia
berkualitas adalah manusia yang selalu bersikap positif dalam perbuatan dan
perkataan sehingga menghasilkan akibat yang positif bagi dirinya sendiri dan
orang-orang di sekitarnya.
Jika hari ini
Anda tidak punya kedudukan atau jabatan terhormat, tidak punya kekayaan
berlimpah, tidak berpendidikan tinggi, jangan merasa rendah diri atau kecil
hati! Anda bisa menjadi manusia berkualitas jika BERSIKAP POSITIF SETIAP SAAT,
dan nasib hidup Anda pasti akan menjadi lebih baik. Jika hari ini nasib hidup
Anda begitu baik, pertahankan dengan menjaga sikap tetap positif.
Kualitas hidup
seseorang tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan, jabatan atau seberapa
jumlah kekayaannya. Jika kita melakukan hal-hal negatif, kita akan dinilai
rendah. Terlebih jika kita melanggar norma dan etika agama, kita tahu penilaian
orang lain terhadap kita. Oleh karena itu, kita harus menjaga sikap agar selalu
positif dalam tindakan dan perkataan.
Sikap manusia bukan sekedar
menentukan kualitas manusia, melainkan juga mempengaruhi nasib hidup manusia.
Khususnya, tindakan kita dalam waktu singkat bisa mengubah nasib hidup.
Misalnya, bisa saja hari ini keluarga kita berbahagia dan kita memiliki karier
yang baik di kantor, tetapi nasib baik itu dapat hancur seketika jika kita
melakukan TINDAKAN YANG TIDAK TERPUJI, misalnya pembunuhan, pencurian, dan
sebagainya. Tentu seketika itu juga seluruh segi kehidupan kita akan
berantakan; sehingga keluarga berubah menjadi menderita, karier hancur, dan
nasib menjadi buruk
2. Bacaan: Efesus 5:15-21
Suatu hari, saya
diberitahu bahwa ada seorang jemaat meninggal dunia. Agak sukar dipercaya bahwa
orang ini telah dipanggil Tuhan karena usianya masih cukup muda. Ia masih
berusia sekitar 40 tahun dan kedua anaknya masih di bawah 10 tahun. Ia aktif
melayani sebagai gembala gereja dan rajin beribadah. Keadaan yang sangat
kontras dengan apa yang terjadi dengan tetangga saya, seorang nenek berusia 100
tahun namun hanya bisa menjalani hari-harinya di tempat tidur. Memang, orang
yang masih muda biasanya lebih diharapkan daripada orang yang sudah berusia
lanjut. Tapi kematian seperti tidak pandang bulu. Pendapat bahwa usia seseorang
dapat ditentukan dari penjumlahan umur kedua orangtuanya lalu dibagi dua pun
gugur.
Makna kehidupan
tidak ditentukan oleh seberapa lama seseorang hidup, melainkan bagaimaa
kualitas kehidupannya sebagai manusia. Alkitab memberi nasihat bagaimana kita
bisa menjalani hidup dengan berkualitas. Pertama, memperhatikan cara hidup
kita. Sikap dan respons kita terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan kita
sangat menentukan kualitas hidup kita sendiri. Misalnya dengan keadaan sulit,
apakah kita memilih bermalas-malasan atau malah bekerja keras adalah ditentukan
oleh sikap dan respons kita. Kedua, bijak mempergunakan waktu. Setiap manusia
diberi waktu yang sama untuk dipergunakan. Waktu yang sudah berlalu tidak akan
kembali lagi. Apa yang kita lakukan sekarang akan kita tuai di masa mendatang.
Memang, dengan pengertian yang terbatas, kita tidak mampu mengetahui apa yang
akan terjadi di masa depan, termasuk kapan kita kembali kepada-Nya. Namun satu
hal yang dapat kita yakini adalah bahwa Allah berdaulat penuh atas kehidupan
kita. Rahasia kehidupan manusia bahkan umur dari bumi ini pun ada di
tangan-Nya. Tugas dan tanggung jawab kita hanyalah mengisi serta menjalani
hidup ini setiap saat, sebaik mungkin, untuk kemuliaan nama-Nya.
Jika kita rindu memiliki hidup yang
berkualitas, mulailah memerhatikan bagaimana cara hidup kita agar berkenan di
hadapan-Nya, dan pergunakanlah setiap waktu yang diberikan dengan bijaksana. Mari jalani hari ini dengan hal-hal yang
berkualitas. Jadilah manusia berkualitas!
3.
Menurut : Vania Tryanni
Di masa sekarang ini arus globalisasi sangatlah
kuat. Dibutuhkan sebuah filter untuk menyaring dan menahan arus globalisasi
agar pada akhirnya diri kita tidak terombang ambing akan perkembangan zaman.
Salah satu caranya adalah dengan menjadikan setiap dari kita seorang manusia
berkualitas. Lantas apa sebenarnya yang disebut manusia berkulitas? Bagaimana
caranya untuk menjadi seorang manusia berkulitas, akan coba di bahas kali ini.
Manusia berkualitas memiliki artian yang sangat
luas. Hal ini dikarenakan manusia sendiri memiliki pengertian yang sangat luas,
begitu juga dengan kata kualitas/berkualitas. Manusia berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah mahluk berakhlak budi yang mampu menguasai
mahluk ciptaan lainnya. Sedangkan berkualitas artinya adalah memilki mutu atau
kualitas. Dari pengertian tersebut manusia berkualitas adalah mahluk yang
memiliki akal budi yang memiliki mutu tertentu. Kualitas manusia sendiri dapat
dilihat dari berbagai sisi, minimal ada 3 aspek yang dapat ditemukan, yaitu
aspek fisik, kognitif (akademik) dan non-kognitif.
Konteks kualitas kali ini bukan mengarah kualitas
kognitif, maupun kualitas fisik yang dimiliki, melainkan kualits non kognitif
dari seseorang. Dari aspek non kognitif manusia berkualitas yang dibutuhkan
untuk menghadapi lintas budaya yang terjadi adalah seseorang yang dapat
memahami hakikat dirinya sebagai mahluk ciptaan Tuhan dan juga mahluk sosial
yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Dalam konteks ini manusia sebagai
mahluk sosial bebas dalam menjalani hidup, namun tetap harus menyadari bahwa
dirinya adalah ciptaan Tuhan, dan tetap menjalani perintahnya serta menjauhi
larangannya. Dalam konteks lain manusia sebagai mendapatkan informasi dari
berbagai macam sumber, baik yang buruk maupun yang baik, dan penyebaran
informasi dipermudah dengan adanya globalisasi. Mereka tidak menggunakkan
akhlak dan budi pekerti yang baik, yang sudah menyatu, melekat dan mendarah
daging dalam kehidupan masyarakat untuk membedakan mana yang baik dan mana yang
buru.. Selain itu dalam konteks yang berbeda manusia berkualitas adalah orang
yang dapat memaksimalkan potensi yang ia miliki. Ada juga yang beranggapan
bahwa manusia berkualitas adalah manusia yang mengenal dirinya dengan utuh,
seimbang, dan sinergis. Seorang manusia dapat dikatakan menjadi seseorang yang
berkualitas apabila memiliki beberapa ciri. Yang pertama adalah ia memiliki
iman dan takwa. Dengan memilki iman dan takwa, ia selalu mengingat hakekatnya
sebagai mahluk ciptaan, dan berusaha menjauhi larangan-Nya. Kedua ia berpegang
teguh pada moral. Ketiga memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Seorang manusia
berkualitas akan peka dengan informasi yang ia jumpai di lingkungan, apakah ini
akan ia terima atau ia lewatkan begitu saja. Keempat ia memiliki prinsip dan
visi yang kuat. Prinsip disini adalah sebuah kebenaran mendalam yang digunakkan
sebagai pedoman berperilaku, misalahnya akhlak dan budi pekerti. Tentu akhlak
dan budipekerti yang digunakkan sebagai dasar dari pemilihan informasi akan
sangat dipengang teguh. Yang terakhir adalah selalu berpikir dan berperilaku
positif.
Kualitas manusia sendiri dapat diukur dari empat
sisi, yang pertama adalah dari sikap, mental, emosi dan kepercayaan. Sikap
sangat menentukkan penilaian orang lain terhadap diri kita. Bukan hanya itu
saja, sikap seseorang dapat menentukkan bagaimana hidup dan nasibnya di
kemudian hari. Mental, emosi, dan pola kepercayaan juga turut menjadi bahan
penilaian orang lain terhadap kualitas diri kita.
Lalu bagaimana meningkatan kualitas dalam diri
manusia, terutama yang dibutuhkan untuk mengahadapi masa globalisasi. Tentu
kita tidak dapat membendung arus globalisasi, yang dapat dilakukan sekarang
adalah dengan membekali masyarakat dengan kualitas yang diperluakan. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan yang pertama adalah pemberian pembinaan,
edukasi dan pengasuhan suatu generasi baru sejak kecil baik itu dari pihak
kelurga, guru maupun instintusi pendidikan tertentu. Yang kedua adalah membaca
buku ,hal tersebut akan membuka wawasan menjadi lebih luas,sehingga dapat
menanggapi sesuatu dengan lebih kritis. Yang ketiga dengan memberi contoh yang
baik. Yang keempat dengan memberi perangsang-perangsang yang cocok. Yang kelima
dengan persuasi dan penerangan.
Arus globalisasi tidak dapat dibendung, namun kita
sebagai manusia berakal budi dapat mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum
terpengaruh dengan dampak buruk globalisasi, salah satunya dengan meningkatkan
kualitas dalam diri kita. Hal tersebut memang sulit dilakukan namun apabila ada
tekat disitu juga ada jalan.
4.
Manusia Berkualitas Menurut al-Qur'an
Manusia dikatakan sebagai makhluk yang pandai
menciptakan bahasa untuk menyatakan fikiran dan perasaan, sebagai makhluk yang
mampu membuat alat-alat, sebagai makhluk yang dapat berorganisasi sehingga
mampu memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan manusia, sebagai makhluk yang
suka bermain, dan sebagai makhluk yang beragama. Dalam al-Qur'an, manusia
berulangkali diangkat derajatnya karena aktualisasi jiwanya secara posetif,
al-Qur'an mengatakan manusia itu "hanief" yaitu condong kepada
kebenaran, mentauhidkan Tuhan, dan nilai-nilai luhur lainnya
5.
Menurut Karen Horney (1942,seorang ahli Psikologi).
mengatakan bahwa "manusia berkualitas adalah
orang yang telah mampu menyeimbangkan dorongan-dorongan dalam dirinya, sehingga
mewujudkan tingkahlaku yang harmonis. Ia mampu berhubungan dengan
lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan harmonis. Ia tidak agresif,
tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan hidupnya tidak pula bergantung
pada orang lain".
6.
Menurut Gordon Allport (1964)
"manusia berkualitas dipandang sebagai orang
yang telah menunjukkan kemampuan untuk memperluas lingkungan hidupnya,
menghayati situasi untuk dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya
sebagaimana adanya, mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya
secara obyektif, serta berpegang pada pandangan hidup secara utuh. Ciri-ciri ini dimiliki oleh manusia yang
telah matang (mature)".
7.
Menurut Jourard (1980),
"manusia berkualitas adalah manusia sehat
yang memiliki ciri (a) membuka diri untuk menerima gagasan orang lain; (b)
peduli terhadap dirinya, sesamanya serta lingkungannya; (c) kreatif; (d) mampu
bekerja yang memberikan hasil (produktif); dan (e) mampu bercinta".
8. Menurut Thomas J. Peters dan Robert
H.Waterman
"menamakan
manusia berkualitas dilihat dari keberhasilan menjalankan usaha, adalah orang
yang menampilkan ciri-ciri sebagai berikut : (a) memiliki kegemaran untuk
selalu berbuat sesuatu, dari pada banyak bertanya; (b) menampilkan hubungan
yang erat dengan para rekannya; (c) bersifat otonom dan memperlihatkan
kewiraswastaan; (d) membina kesadaran bawahannya untuk menampilkan upaya terbaik;
(e) memandang penting keuletan dalam menjalankan usaha; (g) menempatkan orang
secara proporsional; dan (h) menggunakan prinsip pengawasan yang lentur
(longgar tapi ketat)".
9. Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung
ABSTRAK Latar
belakang masalah penelitian ini adalah Adanya ketidakcocokan dan
ketidaksepadanan antara output di semua jenjang pendidikan dengan tuntutan
masyarakat (social demands) dalam dunia kerja. Pendidikan masih lebih
memperlihatkan sebagai suatu beban dibanding sebagai suatu kekuatan dalam pembangunan.
Dipandang dari perspektif human capital theory, pendidikan Islam dihadapkan
pada persoalan underinvestment in human capital, yaitu kurang dikembangkannya
seluruh potensi SDM yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan. Akibatnya,
pendidikan di Indonesia
masih belum menunjukkan tingkat balik (rate of return) yang dapat diukur dari
besarnya jumlah lulusan pendidikan yang terserap ke dalam dunia kerja. Maka
diperlukan konsep baru tentang manusia berkualitas yang mempunyai landasan kuat
dan jelas, serta strategi yang harus ditempuh guna meningkatkan kualitasnya,
sehingga manusia dipandang dan ditempatkan secara benar dalam arti
sesungguhnya. Oleh karena itu penulis memfokuskan pada konsep manusia
berkualitas dan strategi peningkatannya menurut salah seorang ahli pendidikan
Islam yaitu Prof. Dr. Hasan Langgulung. Yang jadi permasalahan penelitian ini
adalah bagaimana konsep Sumber Daya Berkualitas menurut Hasan Langgulung dan
Strategi pendidikan yang harus ditempuh guna meningkatkan sumber daya manusia berkualitas.
Penelitaian ini adalah penelitian kepustakaan, dengan mengambil latar pemikiran
seorang tokoh pendidikan islam,yaitu Hasan Langgulung. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode dokumentasi yang terdiri dari sumber data primer berupa
hasil karya Hasan Langgulung dan data sekunder berupa catatan lain yang
mendukung tema penelitian. Analisis data dilakukan dengan analisis kontens (
analisis isi) memakai pendekatan filosofis. Hasil penelitian menunjukan bahwa
manusia berkualitas menurut Hasan Langgulung adalah Manusia yang mampu
mengembangkan potensi yang dikaruniakan Allah baik potensi jasmani maupun
rohani untuk kemaslahatan diri, masyarakat dan agama Islam. Sedangkan strategi
pendidikan yang harus dilakukan berupa strategi pendidikan yang bersifat makro
yang biasa diambil oleh para pengambil kebijakan pendidikan ( Stake Holder )
dan Strategi pendidikan yang bersifat mikro yaitu dengan cara Tazkiyatun nafsy.
10. Menurut Elham Assyafii
manusia yang
bekualitas itu dapat dibentuk dengan cara meningkatkan ilmu pengetahuan,
memperbaiki diri dari tingkat emosional dan qolbu, menjalankan segala upaya
dengan semangat yang tinggi untuk menjadi manusia yang berkualitas disertai
oleh nilai-nilai religiu yang tinggi pula
11.
Menurut : Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari,
Psikiater
riteria manusia berkualitas ialah manusia dengan
kepribadian yang baik yang mempunyai cirri-ciri memiliki :
-Kecerdasan intelektual (IQ, Intelligent Quotient)
-Kecerdasan
emosional (EQ, Emotional Quotient)
-Kecerdasan
kreativitas (CQ, Cretivity Quotient)
-Kecerdasan spiritual (SQ, Spiritual Quotient)
Manusia
berkualitas secara holistik dipengaruhi oleh :
-
Agama/spiritual
Merupakan fitrah
manusia, merupakan kebutuhan dasar manusia, mengnadung nilai-nilai moral, etika
dan hokum. Dengan kata lain seseorang
yang taat pada hokum berarti ia bermoral dan beretika serta beragama.
-Organo-biologik(fisik, jasmani)
Perkembangannya memerlukan makanan yang bergizi
dan bebas dari penyakit.
-Psiko-edukatif
Berupa pendidikan yang diberikan oleh orang tua
baik formal maupun hal yang dicontohkan orang tua.
-Social-budaya
Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh lingkungan
social dan budaya tempat dimana ia dibesarkan.
Rangkuman /Kesimpulan
Rangkuman atau kesimpulan dari berbagai pendapat
Para ahli/pakar mengenai Manusia berkualitas ialah bahwa manusia yang
berkualitas adalah manusia yang selalu bersikap positif dalam perbuatan dan perkataan sehingga menghasilkan
akibat yang positif bagi dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya, makhluk
berakal budi, memiliki mutu atau kualitas, mahluk yang pandai menciptakan
bahasa untuk menyatakan pikiran dan perasaan, sebagai mahluk yang mampu membuat
alat-alat, sebagai mahluk yang dapat berorganisasi sehingga mampu memanfaatkan
lingkungan untuk kepentingan manusia, sebagai mahluk yang suka bermai dan
mahluk yang beragama, selain itu disebut berkualitas karena orang yang telah
mampu menyeimbangkan dorongan-dorongan dalam dirinya sehingga mewujudkan
tingkah laku yang harmonis, ia mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan
suasana aman dan harmonis. Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari
lingkungannya dan hidupnya tidak bergantung pada orang lain,. Orang yang telah
menunjukkan kemampuan untuk memperluas lingkungan hidupnya menghayati situasi untuk
dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya sebagaimana adanya,
mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya secara obyektif,
serta berpegang pada pandangan hidup secara utuh disamping itu juga Manusia
yang mampu mengembangkan potensi yang dikaruniakan Allah baik potensi jasmani
maupun rohani untuk kemaslahatan diri, masyarakat dan agama Islam, dapat
dibentuk dengan cara meningkatkan ilmu pengetahuan, memperbaiki diri dari
tingkat emosional dan qolbu, menjalankan segala upaya dengan semangat yang
tinggi untuk menjadi manusia yang berkualitas disertai oleh nilai-nilai religiu
yang tinggi pula.
Menurut Saya (Biliater Situngkir/Mahasiswa Pascasarjana Unimed)
Manusia berkualitas ialah manusia yang memiliki
akal budi dan pikiran yang cemerlang, dapat menciptakan sesuatu yang berguna
bagi banyak orang, mampu menjadi panutan bagi masyarakat dilingkunganya, rendah
hati dan memiliki jiwa yang religius, tidak mementingkan diri sendiri dan
berbakti pada kedua orang tua.
Inovatif : bersifat memperkenalkan sesuatu yg
baru; ber-sifat pembaruan (kreasi baru)
Adaptif : Mudah menyesuaikan diri dengan keadan
Kreatif : Sikap kreatif dioperasi dalam dimensi
sebagai berikut.
1. Keterbukaan terhadap pengalaman baru;
2. Kelenturan dalam berfikir;
3. Kebebasan dalam ungkapan diri;
4. Menghargai fantasi;
5. Minat terhadap kegiatan kreatif;
6. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri; dan
7. Kemandirian dalam memberi pertimbangan.
Konsumsi :
Dapat melakukan kegiatan konsumsi secara tepat dan
baik sesuai dengan kebutuhan, baik untuk konsumsi langsung maupun konsumsi
inbdustri
Produksi :
Mampu memproduksi sesuatu yang tepat guna dan
memiliki nilai juga kualitas yang baik, baik produksi barang dan jasa maupun
sektor primer, publik dan konsumsi
Distribusi :
Mampu mendistribusikan secara tepat guna sesuai
dengan kebutuhan secara langsung maupun tidak langsung
Jujur :
Berlaku jujur (lurus hati, tidak berbohong) dalam
setiap kegiatan yang dilakukan baik dalam melakukan konsumsi, produksi maupun
distribusi
Adil :
Berlaku Adil dalam setiap kegiatan yang dilakukan
baik dalam melakukan konsumsi, produksi maupun distribusi
1. Adil ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya
2. Adil
adalah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurang
3. Adil
adalah memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap tanpa lebih tanpa kurang
antara sesama yang berhak, dalam keadaan yang sama dan penghukuman orang jahat
atau yang melanggar hukum sesuai dengan kesalahan dan pelanggarannya.
Terimakasih, artikel ini membantu sy yntuk mengerjakan tugas2 saya.
BalasHapus