Sabtu, 01 September 2012

Manusia Berkualitas

MANUSIA BERKUALITAS

1.      Menurut : Yosua L. Hadiputra

Ukuran kualitas manusia sesungguhnya tergantung pada komposisi manusia yang terdiri dari : SIKAP (tindakan), MENTAL (pola pikir), EMOSI (perasaan), dan ROHANI (keyakinan).

Sikap atau tindakan yang meliputi perbuatan dan perkataan adalah hal pertama yang dipakai untuk mengukur kualitas manusia. Seringkali kita menilai seseorang berdasarkan perbuatan yang dilakukannya. Jika ia berbuat baik, kita menilai dia baik, jika ia berbuat jahat, kita menilai dia jahat.

Sikap manusia bukan hanya menentukan kualitas manusia, melainkan juga mempengaruhi nasib manusia itu sendiri, bahkan juga nasib orang lain yang ada di sekelilingnya. Misalnya, jika kita membunuh, bukan hanya nasib kita, melainkan nasib keluarga kita juga akan jelek. Nasib keluarga orang yang kita bunuh juga akan jadi jelek dan menderita akibat tindakan kita.

Mungkin kita tidak pernah membunuh dalam arti sebenarnya, tetapi kita sering kali tanpa sadar “MEMBUNUH” dengan tindakan atau perkataan kita setiap hari. Dengan merusak dan menghancurkan tatanan kehidupan yang telah berjalan dengan baik, kita telah merugikan diri sendiri dan orang lain.

Jadi, jika hari ini nasib hidup kita terasa jelek, cobalah untuk menginstropeksi diri sikap hidup kita selama ini. Mungkin kita banyak melakukan tindakan yang merugikan orang lain dengan sikap sombong, malas, ragu-ragu, keras kepala, egois, putus asa, mudah menyerah, tersinggung, suka mengkritik, kurang menghargai orang lain, dan sebagainya. Jika ingin mengubah nasib hidup, kita harus bisa mengubah semua sikap negatif kita selama ini.

Ingatlah, sikap adalah “sebab” dan nasib adalah “akibat”. Jika kita bersikap positif tentu menimbulkan akibat positif, sebaliknya jika kita bersikap negatif akibatnya negatif.

Manusia berkualitas adalah manusia yang selalu bersikap positif dalam perbuatan dan perkataan sehingga menghasilkan akibat yang positif bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Jika hari ini Anda tidak punya kedudukan atau jabatan terhormat, tidak punya kekayaan berlimpah, tidak berpendidikan tinggi, jangan merasa rendah diri atau kecil hati! Anda bisa menjadi manusia berkualitas jika BERSIKAP POSITIF SETIAP SAAT, dan nasib hidup Anda pasti akan menjadi lebih baik. Jika hari ini nasib hidup Anda begitu baik, pertahankan dengan menjaga sikap tetap positif.

Kualitas hidup seseorang tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan, jabatan atau seberapa jumlah kekayaannya. Jika kita melakukan hal-hal negatif, kita akan dinilai rendah. Terlebih jika kita melanggar norma dan etika agama, kita tahu penilaian orang lain terhadap kita. Oleh karena itu, kita harus menjaga sikap agar selalu positif dalam tindakan dan perkataan.

Sikap manusia bukan sekedar menentukan kualitas manusia, melainkan juga mempengaruhi nasib hidup manusia. Khususnya, tindakan kita dalam waktu singkat bisa mengubah nasib hidup. Misalnya, bisa saja hari ini keluarga kita berbahagia dan kita memiliki karier yang baik di kantor, tetapi nasib baik itu dapat hancur seketika jika kita melakukan TINDAKAN YANG TIDAK TERPUJI, misalnya pembunuhan, pencurian, dan sebagainya. Tentu seketika itu juga seluruh segi kehidupan kita akan berantakan; sehingga keluarga berubah menjadi menderita, karier hancur, dan nasib menjadi buruk


2.      Bacaan: Efesus 5:15-21
Suatu hari, saya diberitahu bahwa ada seorang jemaat meninggal dunia. Agak sukar dipercaya bahwa orang ini telah dipanggil Tuhan karena usianya masih cukup muda. Ia masih berusia sekitar 40 tahun dan kedua anaknya masih di bawah 10 tahun. Ia aktif melayani sebagai gembala gereja dan rajin beribadah. Keadaan yang sangat kontras dengan apa yang terjadi dengan tetangga saya, seorang nenek berusia 100 tahun namun hanya bisa menjalani hari-harinya di tempat tidur. Memang, orang yang masih muda biasanya lebih diharapkan daripada orang yang sudah berusia lanjut. Tapi kematian seperti tidak pandang bulu. Pendapat bahwa usia seseorang dapat ditentukan dari penjumlahan umur kedua orangtuanya lalu dibagi dua pun gugur.

Makna kehidupan tidak ditentukan oleh seberapa lama seseorang hidup, melainkan bagaimaa kualitas kehidupannya sebagai manusia. Alkitab memberi nasihat bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan berkualitas. Pertama, memperhatikan cara hidup kita. Sikap dan respons kita terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan kita sangat menentukan kualitas hidup kita sendiri. Misalnya dengan keadaan sulit, apakah kita memilih bermalas-malasan atau malah bekerja keras adalah ditentukan oleh sikap dan respons kita. Kedua, bijak mempergunakan waktu. Setiap manusia diberi waktu yang sama untuk dipergunakan. Waktu yang sudah berlalu tidak akan kembali lagi. Apa yang kita lakukan sekarang akan kita tuai di masa mendatang. Memang, dengan pengertian yang terbatas, kita tidak mampu mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, termasuk kapan kita kembali kepada-Nya. Namun satu hal yang dapat kita yakini adalah bahwa Allah berdaulat penuh atas kehidupan kita. Rahasia kehidupan manusia bahkan umur dari bumi ini pun ada di tangan-Nya. Tugas dan tanggung jawab kita hanyalah mengisi serta menjalani hidup ini setiap saat, sebaik mungkin, untuk kemuliaan nama-Nya.

Jika kita rindu memiliki hidup yang berkualitas, mulailah memerhatikan bagaimana cara hidup kita agar berkenan di hadapan-Nya, dan pergunakanlah setiap waktu yang diberikan dengan bijaksana. Mari jalani hari ini dengan hal-hal yang berkualitas. Jadilah manusia berkualitas!

3.      Menurut : Vania Tryanni

Di masa sekarang ini arus globalisasi sangatlah kuat. Dibutuhkan sebuah filter untuk menyaring dan menahan arus globalisasi agar pada akhirnya diri kita tidak terombang ambing akan perkembangan zaman. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan setiap dari kita seorang manusia berkualitas. Lantas apa sebenarnya yang disebut manusia berkulitas? Bagaimana caranya untuk menjadi seorang manusia berkulitas, akan coba di bahas kali ini.

Manusia berkualitas memiliki artian yang sangat luas. Hal ini dikarenakan manusia sendiri memiliki pengertian yang sangat luas, begitu juga dengan kata kualitas/berkualitas. Manusia berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah mahluk berakhlak budi yang mampu menguasai mahluk ciptaan lainnya. Sedangkan berkualitas artinya adalah memilki mutu atau kualitas. Dari pengertian tersebut manusia berkualitas adalah mahluk yang memiliki akal budi yang memiliki mutu tertentu. Kualitas manusia sendiri dapat dilihat dari berbagai sisi, minimal ada 3 aspek yang dapat ditemukan, yaitu aspek fisik, kognitif (akademik) dan non-kognitif.

Konteks kualitas kali ini bukan mengarah kualitas kognitif, maupun kualitas fisik yang dimiliki, melainkan kualits non kognitif dari seseorang. Dari aspek non kognitif manusia berkualitas yang dibutuhkan untuk menghadapi lintas budaya yang terjadi adalah seseorang yang dapat memahami hakikat dirinya sebagai mahluk ciptaan Tuhan dan juga mahluk sosial yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Dalam konteks ini manusia sebagai mahluk sosial bebas dalam menjalani hidup, namun tetap harus menyadari bahwa dirinya adalah ciptaan Tuhan, dan tetap menjalani perintahnya serta menjauhi larangannya. Dalam konteks lain manusia sebagai mendapatkan informasi dari berbagai macam sumber, baik yang buruk maupun yang baik, dan penyebaran informasi dipermudah dengan adanya globalisasi. Mereka tidak menggunakkan akhlak dan budi pekerti yang baik, yang sudah menyatu, melekat dan mendarah daging dalam kehidupan masyarakat untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buru.. Selain itu dalam konteks yang berbeda manusia berkualitas adalah orang yang dapat memaksimalkan potensi yang ia miliki. Ada juga yang beranggapan bahwa manusia berkualitas adalah manusia yang mengenal dirinya dengan utuh, seimbang, dan sinergis. Seorang manusia dapat dikatakan menjadi seseorang yang berkualitas apabila memiliki beberapa ciri. Yang pertama adalah ia memiliki iman dan takwa. Dengan memilki iman dan takwa, ia selalu mengingat hakekatnya sebagai mahluk ciptaan, dan berusaha menjauhi larangan-Nya. Kedua ia berpegang teguh pada moral. Ketiga memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Seorang manusia berkualitas akan peka dengan informasi yang ia jumpai di lingkungan, apakah ini akan ia terima atau ia lewatkan begitu saja. Keempat ia memiliki prinsip dan visi yang kuat. Prinsip disini adalah sebuah kebenaran mendalam yang digunakkan sebagai pedoman berperilaku, misalahnya akhlak dan budi pekerti. Tentu akhlak dan budipekerti yang digunakkan sebagai dasar dari pemilihan informasi akan sangat dipengang teguh. Yang terakhir adalah selalu berpikir dan berperilaku positif.

Kualitas manusia sendiri dapat diukur dari empat sisi, yang pertama adalah dari sikap, mental, emosi dan kepercayaan. Sikap sangat menentukkan penilaian orang lain terhadap diri kita. Bukan hanya itu saja, sikap seseorang dapat menentukkan bagaimana hidup dan nasibnya di kemudian hari. Mental, emosi, dan pola kepercayaan juga turut menjadi bahan penilaian orang lain terhadap kualitas diri kita.

Lalu bagaimana meningkatan kualitas dalam diri manusia, terutama yang dibutuhkan untuk mengahadapi masa globalisasi. Tentu kita tidak dapat membendung arus globalisasi, yang dapat dilakukan sekarang adalah dengan membekali masyarakat dengan kualitas yang diperluakan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan yang pertama adalah pemberian pembinaan, edukasi dan pengasuhan suatu generasi baru sejak kecil baik itu dari pihak kelurga, guru maupun instintusi pendidikan tertentu. Yang kedua adalah membaca buku ,hal tersebut akan membuka wawasan menjadi lebih luas,sehingga dapat menanggapi sesuatu dengan lebih kritis. Yang ketiga dengan memberi contoh yang baik. Yang keempat dengan memberi perangsang-perangsang yang cocok. Yang kelima dengan persuasi dan penerangan.

Arus globalisasi tidak dapat dibendung, namun kita sebagai manusia berakal budi dapat mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum terpengaruh dengan dampak buruk globalisasi, salah satunya dengan meningkatkan kualitas dalam diri kita. Hal tersebut memang sulit dilakukan namun apabila ada tekat disitu juga ada jalan.


4.      Manusia Berkualitas Menurut al-Qur'an
Manusia dikatakan sebagai makhluk yang pandai menciptakan bahasa untuk menyatakan fikiran dan perasaan, sebagai makhluk yang mampu membuat alat-alat, sebagai makhluk yang dapat berorganisasi sehingga mampu memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan manusia, sebagai makhluk yang suka bermain, dan sebagai makhluk yang beragama. Dalam al-Qur'an, manusia berulangkali diangkat derajatnya karena aktualisasi jiwanya secara posetif, al-Qur'an mengatakan manusia itu "hanief" yaitu condong kepada kebenaran, mentauhidkan Tuhan, dan nilai-nilai luhur lainnya

5.      Menurut Karen Horney (1942,seorang ahli Psikologi).
mengatakan bahwa "manusia berkualitas adalah orang yang telah mampu menyeimbangkan dorongan-dorongan dalam dirinya, sehingga mewujudkan tingkahlaku yang harmonis. Ia mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan harmonis. Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan hidupnya tidak pula bergantung pada orang lain".

6.      Menurut Gordon Allport (1964)
"manusia berkualitas dipandang sebagai orang yang telah menunjukkan kemampuan untuk memperluas lingkungan hidupnya, menghayati situasi untuk dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya sebagaimana adanya, mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya secara obyektif, serta berpegang pada pandangan hidup secara utuh. Ciri-ciri ini dimiliki oleh manusia yang telah matang (mature)".

7.      Menurut Jourard (1980),
"manusia berkualitas adalah manusia sehat yang memiliki ciri (a) membuka diri untuk menerima gagasan orang lain; (b) peduli terhadap dirinya, sesamanya serta lingkungannya; (c) kreatif; (d) mampu bekerja yang memberikan hasil (produktif); dan (e) mampu bercinta".

8.      Menurut Thomas J. Peters dan Robert H.Waterman
"menamakan manusia berkualitas dilihat dari keberhasilan menjalankan usaha, adalah orang yang menampilkan ciri-ciri sebagai berikut : (a) memiliki kegemaran untuk selalu berbuat sesuatu, dari pada banyak bertanya; (b) menampilkan hubungan yang erat dengan para rekannya; (c) bersifat otonom dan memperlihatkan kewiraswastaan; (d) membina kesadaran bawahannya untuk menampilkan upaya terbaik; (e) memandang penting keuletan dalam menjalankan usaha; (g) menempatkan orang secara proporsional; dan (h) menggunakan prinsip pengawasan yang lentur (longgar tapi ketat)".

9.      Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung
ABSTRAK Latar belakang masalah penelitian ini adalah Adanya ketidakcocokan dan ketidaksepadanan antara output di semua jenjang pendidikan dengan tuntutan masyarakat (social demands) dalam dunia kerja. Pendidikan masih lebih memperlihatkan sebagai suatu beban dibanding sebagai suatu kekuatan dalam pembangunan. Dipandang dari perspektif human capital theory, pendidikan Islam dihadapkan pada persoalan underinvestment in human capital, yaitu kurang dikembangkannya seluruh potensi SDM yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan. Akibatnya, pendidikan di Indonesia masih belum menunjukkan tingkat balik (rate of return) yang dapat diukur dari besarnya jumlah lulusan pendidikan yang terserap ke dalam dunia kerja. Maka diperlukan konsep baru tentang manusia berkualitas yang mempunyai landasan kuat dan jelas, serta strategi yang harus ditempuh guna meningkatkan kualitasnya, sehingga manusia dipandang dan ditempatkan secara benar dalam arti sesungguhnya. Oleh karena itu penulis memfokuskan pada konsep manusia berkualitas dan strategi peningkatannya menurut salah seorang ahli pendidikan Islam yaitu Prof. Dr. Hasan Langgulung. Yang jadi permasalahan penelitian ini adalah bagaimana konsep Sumber Daya Berkualitas menurut Hasan Langgulung dan Strategi pendidikan yang harus ditempuh guna meningkatkan sumber daya manusia berkualitas. Penelitaian ini adalah penelitian kepustakaan, dengan mengambil latar pemikiran seorang tokoh pendidikan islam,yaitu Hasan Langgulung. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi yang terdiri dari sumber data primer berupa hasil karya Hasan Langgulung dan data sekunder berupa catatan lain yang mendukung tema penelitian. Analisis data dilakukan dengan analisis kontens ( analisis isi) memakai pendekatan filosofis. Hasil penelitian menunjukan bahwa manusia berkualitas menurut Hasan Langgulung adalah Manusia yang mampu mengembangkan potensi yang dikaruniakan Allah baik potensi jasmani maupun rohani untuk kemaslahatan diri, masyarakat dan agama Islam. Sedangkan strategi pendidikan yang harus dilakukan berupa strategi pendidikan yang bersifat makro yang biasa diambil oleh para pengambil kebijakan pendidikan ( Stake Holder ) dan Strategi pendidikan yang bersifat mikro yaitu dengan cara Tazkiyatun nafsy.


10.  Menurut Elham Assyafii
manusia yang bekualitas itu dapat dibentuk dengan cara meningkatkan ilmu pengetahuan, memperbaiki diri dari tingkat emosional dan qolbu, menjalankan segala upaya dengan semangat yang tinggi untuk menjadi manusia yang berkualitas disertai oleh nilai-nilai religiu yang tinggi pula

11.  Menurut : Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater
riteria manusia berkualitas ialah manusia dengan kepribadian yang baik yang mempunyai cirri-ciri memiliki :
-Kecerdasan intelektual (IQ, Intelligent Quotient)
-Kecerdasan emosional (EQ, Emotional Quotient)
-Kecerdasan kreativitas (CQ, Cretivity Quotient)
-Kecerdasan spiritual (SQ, Spiritual Quotient)


Manusia berkualitas secara holistik dipengaruhi oleh :
- Agama/spiritual
Merupakan fitrah manusia, merupakan kebutuhan dasar manusia, mengnadung nilai-nilai moral, etika dan hokum. Dengan kata lain seseorang yang taat pada hokum berarti ia bermoral dan beretika serta beragama.
-Organo-biologik(fisik, jasmani)
Perkembangannya memerlukan makanan yang bergizi dan bebas dari penyakit.
-Psiko-edukatif
Berupa pendidikan yang diberikan oleh orang tua baik formal maupun hal yang dicontohkan orang tua.
-Social-budaya
Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh lingkungan social dan budaya tempat dimana ia dibesarkan.

Rangkuman /Kesimpulan

Rangkuman atau kesimpulan dari berbagai pendapat Para ahli/pakar mengenai Manusia berkualitas ialah bahwa manusia yang berkualitas adalah manusia yang selalu bersikap positif dalam  perbuatan dan perkataan sehingga menghasilkan akibat yang positif bagi dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya, makhluk berakal budi, memiliki mutu atau kualitas, mahluk yang pandai menciptakan bahasa untuk menyatakan pikiran dan perasaan, sebagai mahluk yang mampu membuat alat-alat, sebagai mahluk yang dapat berorganisasi sehingga mampu memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan manusia, sebagai mahluk yang suka bermai dan mahluk yang beragama, selain itu disebut berkualitas karena orang yang telah mampu menyeimbangkan dorongan-dorongan dalam dirinya sehingga mewujudkan tingkah laku yang harmonis, ia mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan harmonis. Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya dan hidupnya tidak bergantung pada orang lain,. Orang yang telah menunjukkan kemampuan untuk memperluas lingkungan hidupnya menghayati situasi untuk dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya sebagaimana adanya, mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya secara obyektif, serta berpegang pada pandangan hidup secara utuh disamping itu juga Manusia yang mampu mengembangkan potensi yang dikaruniakan Allah baik potensi jasmani maupun rohani untuk kemaslahatan diri, masyarakat dan agama Islam, dapat dibentuk dengan cara meningkatkan ilmu pengetahuan, memperbaiki diri dari tingkat emosional dan qolbu, menjalankan segala upaya dengan semangat yang tinggi untuk menjadi manusia yang berkualitas disertai oleh nilai-nilai religiu yang tinggi pula.

Menurut Saya (Biliater Situngkir/Mahasiswa Pascasarjana Unimed)
Manusia berkualitas ialah manusia yang memiliki akal budi dan pikiran yang cemerlang, dapat menciptakan sesuatu yang berguna bagi banyak orang, mampu menjadi panutan bagi masyarakat dilingkunganya, rendah hati dan memiliki jiwa yang religius, tidak mementingkan diri sendiri dan berbakti pada kedua orang tua.

Inovatif : bersifat memperkenalkan sesuatu yg baru; ber-sifat pembaruan (kreasi baru)
Adaptif : Mudah menyesuaikan diri dengan keadan
Kreatif : Sikap kreatif dioperasi dalam dimensi sebagai berikut.
1.      Keterbukaan terhadap pengalaman baru;
2.      Kelenturan dalam berfikir;
3.      Kebebasan dalam ungkapan diri;
4.      Menghargai fantasi;
5.      Minat terhadap kegiatan kreatif;
6.      Kepercayaan terhadap gagasan sendiri; dan
7.      Kemandirian dalam memberi pertimbangan.

Konsumsi :
Dapat melakukan kegiatan konsumsi secara tepat dan baik sesuai dengan kebutuhan, baik untuk konsumsi langsung maupun konsumsi inbdustri

Produksi :
Mampu memproduksi sesuatu yang tepat guna dan memiliki nilai juga kualitas yang baik, baik produksi barang dan jasa maupun sektor primer, publik dan konsumsi

Distribusi :
Mampu mendistribusikan secara tepat guna sesuai dengan kebutuhan secara langsung maupun tidak langsung

Jujur :
Berlaku jujur (lurus hati, tidak berbohong) dalam setiap kegiatan yang dilakukan baik dalam melakukan konsumsi, produksi maupun distribusi

Adil :
Berlaku Adil dalam setiap kegiatan yang dilakukan baik dalam melakukan konsumsi, produksi maupun distribusi
1. Adil ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya
 2. Adil adalah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurang
 3. Adil adalah memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap tanpa lebih tanpa kurang antara sesama yang berhak, dalam keadaan yang sama dan penghukuman orang jahat atau yang melanggar hukum sesuai dengan kesalahan dan pelanggarannya.



Ikuti Lomba Puisi Perjuangan 2019

LOMBA BACA PUISI PERJUANGAN TINGKAT UMUM SE - KOTA MEDAN DI MUSEUM NEGERI PROV. SUMATERA UTARA MEDAN, 15 AGUSTUS 2019 Dalam ...