Rabu, 26 Oktober 2011

Kubur Batu (Sarkofagus) Di Samosir

Berbagai Jenis Kubur Batu (Sarkofagus) Di Samosir


Sarkofagus adalah peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan, masyarakat setempat menyebut batu sada, parholian ataupun paromasan.  Kubur peti  batu sarkofagus terdapat hampir di seluruh daerah di wilayah kabupaten Samosir, Toba Samosir,  Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Namun pesebaran kuburan bentuk ini  paling banyak terdapat di Pulau Samosir, sedangkan di Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan relatif sedikit, hanya ditemukan di beberapa tempat saja.

Hasil pengamatan dan penelitian di lapangan jumlah sarkofagus yang teridetifikasi sebanyak 49 sarkofagus, temuan di Samosir sebanyak 35 sarkofagus.
Adapun bentuk-bentuk Sarkofagus yang ada di Kabupaten Samosir adalah seperti yang terlihat dibawah ini 


Senin, 24 Oktober 2011

MANIK-MANIK CORNELIAN PULAU KAMPAI


HASIL SURVEY TEMUAN PERMUKAAN DAN EKSKAVASI TAHUN 2011





MANIK-MANIK KACA MONOKROM;
MANIK-MANIK INDO-PASIFIK

Manik-manik kaca, dan juga manik-manik dari batu merupakan salah satu temuan permukaan tanah yang sering ditemukan di Pulau Kampai. Tehnik tarik-potong kaca yang sangat khas dari kawasan Asia Selatan, baik dari Gujarat maupun dari Arikamedu, India (sejak abad ke-1 SM. Hingga abad ke-17 M.). Tehnik potong kaca tersebut menghasilkan bentuk potongan manic-manik kaca yang khas pula, yaitu; (a) pipa; silinder, (b) bulat pipih, dan (c) bulat, bahkan (d) bentuk kerucut ganda yang langka. Bentuk manic-manik tersebut sangat homogeny, dari yang besar 6 mm hingga yang keci lebih dari 1 mm.

Bentuk pipa (silinder) merupakan bentuk yang umum pada manic-manik kaca dari Pulau Kampai. Manik-manik kaca ini dalam terminology P. Francis dikenal sebagai manik-manik tipe ‘indo-pasifik’, (P. Francis, ‘Glass Beads in Asia Part Two, Indo-Pasifik Brads’, Asian Perspectifves 29; 1-23, 1990). Manik-manik kaca dibuat dengan tehnik tarik kaca, lalu dipotong. Warna polikrom (jenis polikrom satu warna) dengan pewarnaan menggunakan satu warna, yaitu; hitam, putih, kuning, coklar/merah (redwood), hijau giok, biru langit (trasnparan). Jenis polikrom hitam paling sering di ditemukan dalam jumlah yang paling banyak, lebih kurang 40 %, dari 109 temuan permukaan selama survey di Pulau Kampai, lalu diikuti polikrom kuning, coklat/merah rewood dan warna putih dalam jumlah sedikit.

Manik-manik kaca berupa pipa dengan kerucut dengan warna polikrom coklat/merah (redwood). Sebuah bentuk yang meniru manic-manik batu cornelian yang jarang diterapkan pada manik-manik kaca.



         
(Photografer Biliater Situngkir, Medan, 9;2011)

Manik-manik batu cornelian salah satu barang dagangan dibawa pedagang kaya chettyar India-Hindu atau Nina India-Islam. Batu indah atau permata dari Asia Selatan telah diperdagangkan kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-1 SM. hingga ‘Jaman Pertengahan”, pada abad ke-9 M hingga abad ke-14 M. Bahkan pada situs arkeologis dari ‘Jaman Pelayaran dan Perdagangan Dunia’ abad ke-16 M. hingga 17 M., biasa ditemukan, terutama di Sumatera.

Gujarat salah satu yang dikenal sebagai tempat penghasil batu permata di kawasan India banyak menghasilkan manik-manik batu jenis kornelian (Sumarah Adhyatman & Redjeki Arifin, 1993; 11).


MANIK-MANIK BATU CORNELIAN

Teknik potongan batu permata dengan membentuk manic dengan pengasah dan melubanginya dengan gurdi/bor dari dua arah. Tehnik ini sering menghasilkan bentuk potongan batu, terutama bentuk; (a) pipa/silinder polygonal, dan (c) bulat.

Jenis batuan kwarsitik berwarna merah, kadang bernuansa kekuningan atau orange yang bercampur sedikit warna putih dan coklat kehitaman. Jenis ba tuan ini mempunyai kekerasan 6,5-7 skala Mohs dan tergolong batu indah semi permata. Ukuran manik pipa/silinder polygon panjang 3 cm dan diameter 1 cm, sementara manik bulat berdiameter 1 cm.

Kornelian merupak salah satu jenis batuan kaca alami berwarna atau kuarsa yang indah, karena memiliki aneka warna dan cerah. Benda indah ini sangat disenangi di kawasan Nusantara, terutama Sumatera bagian Utara. Hal tersebut karena tradisi menggunakan manik-manik telah dikenal sejak sebelum manik-manik kaca diperkenalkan. Benda ini sejak jaman proto historis (pra sejarah akhir) telah dikenal sebagai perhiasan untuk memperindah tubuh dan sebagai benda yang dipercaya mendatangkan kebaikan.




Perdagangan Manik-Manik. Manik-manik kaca dan batu di Pulau Kampai merupakan barang dagangan ‘mewah’ yang sering diperdagangkan dalam jaringan pelayaran dan perdagangan antar benua pada ‘jaman pertengahan’, terutama dari abad ke-9 M. hingga abad ke-14 M. (800-1300-an M.). Pada masa ini para pedagang, perkumpulan dagang campuran Islam Timur Tengah dan India-Hindusme, dari India Selatan yang dilindungi penguasa Chola menjadi memonopoli kegiatan perdagangan di kawasan utara Sumatera. Meliputi kawasan Barus atau Fansury (Labu Tua dan Bukit Hasang), Lamuri-Aceh, Samudera Pasai-Aceh Utara, Pulau Kampai, Kota Rantang, Kota Cina, dan Benteng Putri Hijau. Mereka membangun jaringan kota pelabuhan disepanjang pantai barat hingga pantau timur di Sumatera bagian utara.  Kota-kota pelabuhan tersebut menjadi tempat menumpung ‘barang mentah’ hasil hutan baik floral (seperti getah harum barus dan kemenyan, serta tumbuhan pewarna dan kayu) maupun fauna (seperti cula badak dan gading gajah sumatera). Selain itu, sumatera yang kaya dengan emasnya menjadi tujuan utama para pedagang tersebut. Letak Sumatera melintasi Selat Malaka menjadi jalur utama pelayaran dari kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan menuju Kanton, Cina.
Temuan manik-manik di Pulau Kampai ditemuan ditemuan bersama dengan kerak logam jenis besi dan benda-benda dari kaca. Gelang kaca jenis ‘Chettyar’ hitam kehijauan salah satu temuan yang sering ditemukan dalam keadaan fragmentaris berukuran kecil. Selain itu juga banyak fragmen kaca Timur Tengah yang tipis dan banyak mengandung gelembung udara, sebagai akibat tehnik pembuatan dengan tiup kaca terbuka. Kaca-kaca itu berwarna kekuningan, hijau, dan biru. Bentuk kaca ini masih sulit diperkirakan, namun referensi dari Labu Tua Barus menunjukkan fragmen seperti ini biasanya berupa botol berukuran kecil, seperti bolol ‘farfun’ (Claude Guillot, BARUS Seribu Tahun yang Lalu, KGB, Jakarta, 2008).
Temuan mangkuk-mangkuk keramik Cina menempati temuan terbanyak di Pulau Kampai, hamper 75 % dari keseluruhan temuan yang diamati di permukaan tanah. Jenis batuan seladon dengan warna glasir putih kebiruan dan hiasan gores pola sisir berupa bunga salah satu jenis yang sering ditemukan. Selain itu juga ditemukan tempayan dengan glasir coklat dan telinga kecil horizontal.
Temuan lain berupa tembikar dari Timur Tengah dengan bahan yang bertekstur sangat halus dan rapuh serta mengandung temper (bahan campuran) tembikar yang dihancurkan menjadi halus. Bahan berwarna krem hingga merah jampu pastel dan kadang di cat dengan slep warna merah. Temuan tembikar dari Pulau Kampai berupa fragmen sangat berukuran kecil. Namun berdasarkan referensi dari situs-situs lain di Sumatera, terutama Labu Tua, Barus (Claude Guillot, 2008), dapat diperkirakan bentuknya. Tembikar ini umumnya berbentuk kendi dengan cerat kerucut yang lurus dan panjang, badan diperkirakan bulat telur atau oval, sementara bagian bibir dan leher yang tinggi dengan hiasan cincin (ring).
Claude Guillot dan timnya melakukan penelitian arkeologis di Labu Tua, Barus tahun 1995-2000 berkesimpulan, bahwa kota-kota pelabuhan itu bersifat otonom terlepas dari pengaruh penguasa tunggal di Sumatera waktu itu, Sriwijaya-Malayu. Kota-kota pelabuhan menyebutnya sebagai republik kota pelabuhan yang diatur dengan system pemerintahan otokrasi dalam suatu dewan yang terdiri dari para pedagang kaya. (Deddy Satria, Arkeolog Independen Aceh)





Situs Pulau Kampai

Foto Peninggalan Sejarah di Pulau Kampai













Batu Kornelian
Kalung Manik-manik


Jumat, 07 Oktober 2011

Jenis Ulos Batak

Kain Tenun

Sejak masa prasejarah manusia telah mengenal pakaian yang dibuat dari kulit kayu atau binatang yang digunakan untuk menutup aurat, kemudian kegunaannya dirasakan semakin penting untuk pelindung tubuh dari cuaca, gangguan binatang kecil dan tumbuh-tumbuhan yang membahayakan. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan ketingkat ingin mengekspresikan kebudayaan yang paralel dengan kepercayaan dan unsure-unsur lainnya maka bahan baku untuk pakaian juga berkembang seiring dengan ditemukannya kapas yang tumbuh subur di Indonesia. Kapas merupakan bahan dasar benang katun yang paling banyak digunakan untuk pembuatan kain tenun di Indonesia
Demikian juga dengan suku batak membuat kain tenun untuk kebutuhan, tidak hanya untuk menutup bagian tubuh tetapi juga untuk sarana upacara tradisional. Suku batak yang terbagi 5 (lima) sub suku bangsa menamakan tenunannya dengan ulos (Batak Toba), Uis (batak karo),  Hiou (batak simalungun), Oles (batak pakpak dairi), Abit (batak angkola mandailing)
Nama dan motif pada setiap jenis tenun mempunyai perbedaan, begitu juga fungsi dan nilai simbolis yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan kepercayaan dan adapt istiadat suku bangsa tersebut.
Warna yang dipakai biasanya merah, hitam, coklat dan biru tua, ditenun dengn teknik ikat lungsi, motif belah ketupat dan ujung panah dan motif lutik-lutik dikombinasikan dengan hiasan teknik jungkit (pohon tambahan) menggunakan benang katun motif sulur, daun, bunga dan motif geometris
Peranan kain tenun sangat penting dalam setiap upacara tradisional seperti upacara kelahiran, perkawinan, kematian, memasuki rumah baru, dll
Berbagai ragam, jenis dan motif serta fungsi kain tersebut akan diurutkan dibawah ini.


Jenis - Jenis Ulos Batak Toba

Ulos Napinunsaan

Ulos Bittang Maratur





Ulos Ragi Hotang
Ulos Ragi Idup Haid

Ulos Ragi Idup
Ulos Sadum
Ulos Sadum



Ulos Sadum

Ulos Pinarpusorani Pinar Lobu-Lobu
Ulos Sadum Parompa

Ulos Tumtum


Ulos Napinunsaan
Ulos Parompa

Ragam Kebudayaan Batak


 Budaya Batak Toba
- Simin/Tambak (Kuburan)
- Upacara Horja Bius
- Upacara Mangalahat Horbo
- Ulos Batak
- Makanan Khas Batak Toba





Budaya Batak Karo














Budaya Batak Simalungun
- Rumah Tradisional Simalungun


Ikuti Lomba Puisi Perjuangan 2019

LOMBA BACA PUISI PERJUANGAN TINGKAT UMUM SE - KOTA MEDAN DI MUSEUM NEGERI PROV. SUMATERA UTARA MEDAN, 15 AGUSTUS 2019 Dalam ...